Pekalongan - “ Rukhsoh ya Ustadz, Asta’dzin an a’khudzal ma’” ucap Fuadz seorang santri asal Jakarta sambil memfasih-fasihkan bahasa arabnya yang terdengar kaku, Ustadz yang mendengar hanya mengembangkan senyum dan menyuruhnya mengulangi kalimat tadi dengan pengeras suara. Sambil terburu-buru karena hendak mengambil air ia mencoba mengulangi lagi kalimat tadi, yang kurang lebih berarti “ permisi pak, saya minta izin untuk mengambil air “ dengan pengulangan yang semakin difasih-fasihkan.Selesai mendapat izin, antara ustadz dan santri saling bertukar senyum disambar ucapan terimakasih yang juga masih menggunakan bahasa arab “ Syukron Ustadz, Sa arji’ Syur’atan “ ( makasih pak, saya akan kembali dengan cepat ), kemudian santri keluar dari kawasan perkemahan untuk menjalankan misinya, mengambil air.
Ya,dimulai sejak Sabtu 30 September2014 seluruh santri dari pondok pesantren Mambaul Huda Pajomblangan, Kedungwuni Pekalongan mengikuti perkemahan, kemah Ar-Riyadhah namanya. Jika diterjemahkan kurang lebih berarti“ penggemblengan spiritual “. Selain menjadi ajang penggemblengan spiritual, perkemahan ini juga melatih para santri untuk lebih mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara lebih mandiri dan bertanggung jawab.Bukan hanya latihan individu saja yang mereka dapatkan, seperti perkemahan pada umumnya yang membagi para peserta ke beberapa regu, kemah para santri ini juga terbagi menjadi 19 regu, Kekompakan mereka dalam regu diharapkan mampu melatih mereka untuk memiliki sikap empati dan simpati yang tinggi dalam bermasyarat kelak. Kepentingan bersama menjadi nomor satu dan kepentingan pribadi entah nomor kesekian, begitulah mereka diajar disana.
Sebelum mengikuti perkemahan yang terletak di daerah Cepagan, Warung Asem kabupaten Batang Jawa Tengah ini, para santri tidak hanya mendapatkan pembekalan tentang apa-apa yang diperlukan pada saat kemah, mereka juga mendapat pembakalan bahasa Arab. Per-regu akan diberi buku saku percakapan bahasa arab yang nantinya wajib mereka gunakan dalam kemah, terlebih saat bercakap dengan para ustadz atau hendak meminta izin keluar dari kawasan perkemahan, makan keluar, mengambil air, atau hanya sekedar hendak berjalan-jalan sebentar, semua memakai bahasa Arab. Pantas beberapa santri nampak gugup, terlebih jika harus berbicara bahasa Arab dengan pengeras suara di sekertariatan, mental parapeserta yang kebanyakan berusia antara 12-15 tahun ini pun akan teruji.
Selain beberapa agenda umum, seperti pramuka, lomba, senam, PBB, kegiatan budaya dan lain sebagainya, para santri juga banyak mendapat pengalaman sepriritual, baik berupa kewajiban berjamaah 5 waktu, mungkin para santri sudah sangat terbiasa dengan kewajiban berjamaah, tapi berjamaah ditengah kesibukan yang padat menambah nilai tersendiri bagi kedisiplinan mereka. Kuliah pengajian setelah jamaah, Qiyamul lail dan dzikir bersama juga dilaksanakan ditengah-tengah padatnya agenda perkemahan.Dan tidak kalah mengesankan, renungan malam “saya seperti kehabisan waktu untuk melakukan keburukan “ ujar seorang peserta yang selesai menangis tersedu-sedu dalam renungan malam. Biasanya setelah renungan malam para santri seperti kembali memiliki hati yang tidak ingin lagi berbuat keji, mereka merasa keburukan – keburukan yang lalu merupakan hal yang tidak pantas lagi untuk mereka, dan kebaikan yang terlewatkan, menjadi penyesalan yang mendalam dihati mereka, dan renungan itu, sebagian besar sukses menanamkan keyakinan kuat untuk melakukan banyak kebaikan dimasa mendatang.
Begitulah mereka selama 3 hari mendapat pengalaman berharga, baik dari segi agama budaya dan banyak pengalaman positif lain, seperti yang diterangkan oleh Kak MABIGUS Ky. Adib Karomi di sela-sela perkemahan “ perkemahan ini hendaknya mampu mengaktualisasikan nilai-nilai agama, intelektual dan budaya dalam kehidupan sehari-hari “.
Perkemahan itu kemudian ditutup pada 2 Oktober 2014 dengan upacara bendera, resmi sebagaimana yang dilakaukan pada pembukaan, dalam penutupanya ketua panitia penyelenggata, Ust Didik Madhari yang merupakan alumni dari pesantren Gontor berharap “ semoga perkemahan ini bukan hanya menjadi ajang tahunan bagi para peserta, namun mampu memberi bekal untuk menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat kelak “.
Ditulis oleh : M. Akrom Adabi*
*Alumni SMP NU Pajomblangan.
Post a Comment